Nama : Jihan Ghassani Lubis
Kelas : XII IPS 2
BIOGRAFI SUNAN AMPEL
A. Informasi Pribadi
Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah seorang putra paling tua dari Maulana Malik Ibrahim. Pada masa kecilnya Sunan Ampel lebih banyak dikenal sebagai Raden Rahmat.
Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 M di Campa serta diperkirakan tutup usia pada tahun 1841 di Demak. Sedangkan makam dari Sunan Ampel adalah di bagian barat Masjid Ampel yang terletak di Kota Surabaya.
Sunan Ampel memiliki ayah bernama Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sunan Maulana Malik Ibrahim sendiri memiliki nama lain sebagai Sunan Gresik yang juga masih keturunan dari Syekh Jamaludin Jumadil Kubro seorang Ahlussunnah bermazhab Syafi’i.
Syekh Jamaludin adalah seorang ulama yang berasal dari Samarkand, Uzbekistan. Ibu dari Sunan Ampel adalah Dewi Candrawulan. Dewi Candrawulan juga masih menjadi saudara kandung dari Putri Dwarawati Murdiningrum yang juga merupakan ibu dari Raden Patah serta istri dari Prabu Brawijaya V seorang raja Majapahit.
Sedangkan untuk istilah Sunan sendiri adalah suatu gelar kewalian yang dimilikinya. Lalu nama Ampel atau Ampel Denta lebih merujuk ke tempat dimana beliau tinggal yaitu sebuah wilayah bernama Ampel yang saat ini berada di sebelah utara Kota Surabaya, Jawa Timur.
Diperkirakan Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 M di Champa. Perlu diketahui juga jika para sejarawan sulit untuk menentukan dimana wilayah Champa. Hal ini karena belum adanya pernyataan tertulis yang menjelaskan wilayah Champa adalah berada di Malaka atau kerajaan Jawa.
Namun, ada juga yang yakin jika Champa adalah kata lain dari Jeumpa dalam bahasa Aceh. Oleh karena itu Champa berada di wilayah kerajaan Aceh.
B. Perjalanan Hidup Milik Sunan Ampel
Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah salah satu anggota dari sembilan wali atau lebih banyak dikenal sebagai Wali Songo. Wali Songo sendiri adalah beberapa orang yang melakukan penyebaran ajaran agama Islam di wilayah tanah Jawa.
Sama seperti Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel juga memiliki jasa yang begitu besar terhadap perkembangan ajaran Islam, khususnya di wilayah tanah Jawa.
Beberapa kalangan juga memiliki pendapat jika Sunan Ampel adalah bapak dari para wali. Hal ini tak lain karena Sunan Ampel mampu melahirkan para pendakwah nomor satu di wilayah tanah Jawa.
Selama perjalanan hidupnya, Sunan Ampel memiliki dua istri yaitu Dewi Karimah dan Dewi Candrawati. Ketika bersama dengan istri pertamanya Dewi Karimah, Sunan Ampel memiliki dua orang anak yaitu Dwi Murtasih yang juga menjadi istri dari Raden Fatah.
Sedangkan ketika bersama dengan Dewi Chandrawati, Sunan Ampel dikaruniai lima orang anak yaitu Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum, Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian lebih banyak dikenal dengan sebutan Sunan Drajad.
C. Pernikahan Sunan Ampel Dengan Seorang Putri Dari Adipati Tuban
Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika Sunan Ampel memiliki dua orang istri, salah satunya adalah Dewi Chandrawati. Dilihat dari silsilahnya, Dewi Candrawati sendiri merupakan seorang putri dari adipati di wilayah Tuban saat itu.
Ketika bersama dengan Dewi Chandrawati, Sunan Ampel memiliki beberapa putra dan putri. Salah satunya yang juga menjadi penerus dari Sunan Ampel adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat.
Ketika kesultanan Demak hendak didirikan, Sunan Ampel juga turut andil dalam proses lahirnya kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.
Sebuah wilayah bernama Ampel Denta dengan kondisi berawa-rawa merupakan wilayah yang dihadiahkan oleh Raja Majapahit kepada Sunan Ampel. Ketika berada di wilayah tersebut, Sunan Ampel mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren.
Pada awalnya Sunan Ampel mengajak masyarakat di wilayah tersebut. Berlanjut hingga abad ke-15, pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel berhasil menjadi pusat pendidikan yang begitu memberikan pengaruh pada wilayah Nusantara, bahkan hingga ke Mancanegara.
Diantara semua santrinya ada beberapa santri yang mungkin banyak kita kenal saat ini adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Dimana para santri tersebut ditugaskan untuk melakukan dakwah ke berbagai macam pelosok wilayah Jawa dan Madura.
D. Pengaruh Sunan Ampel Terhadap Kerajaan Majapahit
Dalam perjalanan hidupnya, Sunan Ampel juga memberikan pengaruh cukup kuat di kerajaan Majapahit.
Meskipun rasa Majapahit pada masa itu menolak untuk memeluk agama Islam, namun Sunan Ampel mendapatkan kebebasan dalam memberikan pembelajaran tentang agama Islam bagi masyarakat Majapahit, asalkan tidak memberikan pakaian apapun.
Ketika berada di Majapahit, Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila seorang putri Tumenggung Arya Teja, Bupati Tuban.
Sejak saat itu, gelar pangeran dan raden melekat pada nama depan dari Sunan Ampel. Bahkan Sunan Ampel juga diperlakukan layaknya keluarga kerajaan Majapahit serta semakin disegani oleh setiap orang yang ada di wilayah tersebut.
E. Metode Dakwah Sunan Ampel
Metode dakwah yang ditempuh oleh Sunan Ampel terbilang cukup singkat dan cepat. Hal ini karena Sunan Ampel menggunakan metode dakwah Moh Limo yang memiliki arti tidak melakukan lima hal tercela.
Adapun filsafat metode Moh Limo milik Sunan Ampel adalah sebagai berikut ini.
1. Moh main yang memiliki arti tidak ingin berjudi
2. Moh ngombe yang memiliki arti tidak mau mabuk
3. Moh maling yang memiliki arti tidak mau mencuri
4. Moh madat yang memiliki arti tidak mau menghisap candu
5. Moh madon yang memiliki arti tidak mau melakukan zina
Selama perjalanan hidup serta dalam proses penyebaran agama Islam, Sunan Ampel dikenal sebagai pribadi yang begitu peka terhadap adaptasi dengan lingkungan setempat. Cara yang ia terapkan adalah dengan menerima siapapun, baik itu dari kalangan bansawan maupun rakyat biasa yang ingin melakukan pembelajaran kepada beliau pada sebuah pesantren.
F. Peninggalan Sunan Ampel
Dalam proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa, Sunan Ampel juga memberikan peninggalan bersejarah. Adanya peninggalan tersebut juga menjadi bukti adanya jejak penyebaran Islam di Nusantara.
Adapun peninggalannya yaitu sebagai berikut:
1. Masjid Sunan Ampel
Sejarah masjid ini tidak dapat dipisahkan dari nama tokoh yang menggagas pembangunannya. Tokoh tersebut bernama asli Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat yang kemudian lebih dikenal sebagai Sunan Ampel.
Pada abad ke-15 M, Sunan Ampel mengemban tugas dakwah agama Islam di Jawa seiring mulai melemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit yang pernah menjadi kerajaan Hindu-Buddha terbesar.
2. Masjid Rahmat Kembang Kuning
Masjid Rahmat terbilang megah. Namun jauh sebelum kemerdekaan, sekitar abad ke 14, bentuknya sama sekali tidak semegah sekarang. Bahkan masjid tempat Raden Sayyid Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat menyebarkan agama Islam di Tanah Surabaya ini dulunya hanyalah masjid tiban.
Jejak masjid tiban itu memang tak banyak bisa dilihat saat ini. Namun jika masuk ke dalam masjid, ada empat pilar besar. Empat pilar itulah yang dulunya adalah empat tiang penyanggar masjid tiban ini.
"Masjid Rahmat adalah masjid tertua di Surabaya, dulu bukan masjid seperti ini, hanya gubuk surau tiban. Atapnya hanya dari bambu dan jerami," ucap Syafii, pengurus Yayasan Masjid Rahmat.
3. Masjid Jami' Peneleh
Pemilik nama asli Raden Mohammad Ali Rahmatulloh ini pun mendirikan Masjid Jami Peneleh. Dibangun sekitar abad ke 18 sekitar, 1430 Masehi, masjid yang letaknya di Jalan Peneleh Gang V Surabaya ini menjadi salah satu masjid tertua di Kota Pahlawan.
Bernuansa kuno, bangunan ini memiliki bentuk menyerupai joglo. Atapnya m
emiliki langit-langit yang tinggi dengan permainan kisi-kisi. Rangka langit-langitnya berhiaskan huruf Arab yang memuat nama empat sahabat Nabi Muhammad, yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
4. Kampung Arab
Kampung Ampel Surabaya adalah sedikit dari kampung Arab di Indonesia yang sebagian besar masih dihuni penduduk asli dan kental dengan budaya moyangnya yang bermigrasi ke tanah Jawa ratusan tahun lalu.
Meski ada akulturasi, mereka berdagang dan mempertahankan kuliner seperti aslinya sehingga menjadi magnet bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.
5. Makam Sunan Ampel
Makam Sunan Ampel merupakan wisata religi di Surabaya. Makam salah satu penyebar agama Islam di Indonesia ini selalu ramai oleh para wisatawan muslim seluruh Indonesia. Terlebih menjelang bulan Ramadhan.
Makam Sunan Ampel salah satu makam tak pernah sepi dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di nusantara. Siang dan malam, kawasan makam Sunan Ampel selalu ramai peziarah. Tak heran di kawasan tersebut, banyak pedagang berjualan makanan, minuman hingga pakaian muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar